- Ade Brian Mustafa & Sri Wahyuni
Fitoremediasi sebagai alternatif pemulihan lahan pasca tambang
Permasalahan tambang nasional dan internasional saat ini menjadi sorotan banyak media. Di Indonesia, pertambangan berskala kecil terus bertambah dalam satu dekade terakhir. Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara secara ekologis sangat memprihatinkan karena menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup sehingga menghambat terselenggaranya sustainable eco-development. Kekayaan sumberdaya bahan tambang di Indonesia yang cukup besar dapat menimbulkan resiko negatif terhadap lingkungan apabila tidak dilakukan upaya perbaikan lingkungan yang memadai dan optimal dapat menimbulkan resiko terhadap lingkungan.
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki bahan tambang yang besar dan merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi negara. Saat ini, pertambangan merupakan salah satu usaha yang menjadi isu kontroversial karena di satu sisi sebagai sumber devisa untuk pembangunan nasional dan daerah, juga memberi keuntungan bagi pengusaha dan masyarakat. Namun di sisi lain, pertambangan juga memberikan dampak negatif. Menurut Rusdiana et al. [1] dampak negatif dari kegiatan pertambangan adalah penurunan kondisi tanah bekas penambangan (tailing) karena berubahnya profil lapisan tanah, terjadi pemadatan, kekurangan unsur hara, pH rendah, penurunan populasi mikroba dan pencemaran oleh logam-logam berat.